Selamat datang para pengembara 😛
Post kali ini bakal bercerita tentang liburan seminggu di Negeri Sakura. Sebelum mulai, gue pengen klarifikasi beberapa hal dulu:
1. Lu jalan sendiri ato ikut tur sih?
Ikut tur kok 🙂 Nah, kalau ikut tur sebenarnya ada dua jenis yaitu ikut rombongan gede bareng keluarga lain dan tur privat alias cuma keluarga lo doang. Gue udah pernah ngalamin dua-duanya ._.v
Ikut rombongan gede pas jalan-jalan ke Eropa (Juni-Juli 2012). Enaknya dari rombongan gede adalah lo bisa kenalan dengan teman-teman baru selama perjalanan, sekaligus peluang untuk mendapatkan pengalaman absurd juga cukup besar. Tapi….. Kelemahannya adalah lo nggak bisa 100% menikmati perjalanan karena biasanya jadwal tur padat banget. Banyak tempat yang dikunjungi dan digebuk dalam sehari O_O Syukur-syukur nggak ada kendala, lah kalo gue?
Selama perjalanan ke Eropa, ada satu kejadian paling parah sejagat raya yaitu busnya bermasalah. Padahal rombongan gue udah bela-belain bangun pagi untuk ke acara Floriade di Venlo, Belanda. Perjalanannya lumayan jauh dari Montpelier (Perancis) ke Venlo dengan bus. Ternyata di tengah jalan, bus gue rusak dan salah satu bannya kempes.
Ya sodara-sodara, gue ulang sekali lagi: BUSNYA RUSAK + SALAH SATU BAN KEMPES.
Kalau bus lo tiba-tiba bermasalah pasti perlu waktu untuk benerin kan? Berarti waktu yang seharusnya dihabiskan di tempat tujuan malah berkurang, terus sampai di tujuan jadi ngaret dong. Coba bayangkan.. Udah ngaret terus lo masih harus ikut jadwal yang padatnya minta ampun, yang ada bukannya tambah rileks saat liburan melainkan tambah stres karena marah-marah. I know…Sh*t happens!
Apakah penjelasan gue menjamin bahwa tur privat jauh lebih baik? Antara iya dan nggak.
Kenapa? Ikut tur privat enaknya adalah jadwal lebih fleksibel daripada rombongan gede, paling tidak masih bisa nego dengan pihak travel agent soal lokasi hotel dan tempat-tempat yang mau dikunjungi. Enak kan lo gak perlu terasa buru-buru selama perjalanan^^ Berita buruk dari tur privat adalah harganya lebih ‘sakit’ (baca: mahal) dari rombongan gede.
Lain kali kalau mau liburan, silahkan pilih sendiri ya lebih enak yang mana.
2. Selama di Jepang ke mana saja? Penerbangannya gimana?
Perjalanan gue ke Jepang meliputi tiga kota yaitu Osaka, Kyoto dan Tokyo. Penerbangan Jakarta-Osaka memakan waktu tujuh jam, sama juga pas mau pulang dari Tokyo (Haneda)-Jakarta. Tenang kok..Pesawat berjalan semulus sutra beibehhh….. *najong abis*.
FYI: jika lo nggak kuat duduk lebih dari 5 jam mending tiap 20-30 menit sekali jalan-jalan dikit ato nggak yoga/aerobik stretching ringan. Kecuali kalau lo emang targetnya punya pantat sixpack :p
3. Kendala bahasa
“WOI NTAR GIMANA DONG NASIB GUE?! BAHASA JEPANG KAN RIBET BLA BLA BLA BLA…”
Sssssttttt…..Tarik nafas, lepaskan… Kalau lo pergi ke kota besar seperti Osaka/Tokyo masih aman, ke daerah kota kecil bisa berabe. Paling tidak orang-orang di kota besar masih mengerti bahasa Inggris walaupun sedikit, geser ke bagian utara seperti di daerah Hokkaido siap-siap tamat riwayat pengembara yang nggak bisa bahasa Jepang.
Ada dua cara lo bisa mengatasi masalah bahasa:
1. Cara niat -> beli buku panduan bahasa khusus turis. Jika lo adalah penggemar setia hal-hal berbau Jepang, berbahagialah saudara-saudara yang belajar bahasa Jepang secara otodidak (baca: belajar sendiri)/ikut kursus. Lumayan kan daripada di sana paling mentok cuma tau kimochi ama Miyabi 😛
2. Kekuatan networking -> punya rekan sejawat/kenalan yang lumayan bisa bahasa Jepang? Bersyukurlah! Gue jatuh ke kategori ini ._.v Satu-satunya kelemahan kelompok #2 adalah pengetahuan lo terbatas banget, seperti kasus gue cuma bisa dikit banget kalimat-kalimat bahasa Jepang dan itupun cuma berlaku untuk belanja. Mendingan lah daripada ngga bisa sama sekali, setuju?
Di satu sisi gue bersyukur banget karena kebetulan ada adek kelas yang lagi ambil kursus bahasa Jepang. Terima kasih banyak saudari reipyon!^^
3. Gunakan bahasa Tarzan (baca: bahasa tubuh) jika dan hanya jika cara #1 dan #2 nggak mempan atau dalam keadaan darurat. Tinggal cap-cip-cup berdoa untuk yang terbaik agar lawan bicara mengerti maksud lo.
Beruntunglah masih bisa berkomunikasi dengan lancar walaupun kosakata bahasa Jepang gue jauh lebih minim dari bahan baju cabe-cabean.
4. RAMALAN CUACA
Kenapa tulisan ‘RAMALAN CUACA’ gue pakai huruf kapital? Bagian ini yang paling penting. Sering-sering buka ramalan cuaca 1-2 minggu sebelum hari-H, paling tidak lo udah punya persiapan mantap. Jangan berkecil hati kalau ramalan cuaca PHP ya :p Gue juga mengalami hal serupa pas di Tokyo, ramalan cuacanya bilang Tokyo bakal hujan eh ternyata cuma mendung. Maklumlah ramalan cuaca suka nggak jelas kayak orang galau, apalagi saat lo datang di akhir Juni karena Jepang sedang musim hujan.
“Hah sumpah lo Jepang musim hujan?”
Emangnya cuma Indonesia doang yang punya musim hujan? Nggak! Jepang juga punya tapi durasinya yang lebih pendek, musim hujan umumnya dari akhir Juni sampai sekitar pertengahan Agustus. Pupus deh harapan gue bisa foto-foto banyak selama kunjungan T^T
5. Mini Survival Guide to Japan
Berikut ini beberapa tips yang perlu diingat selama perjalanan:
- Bawa kantong plastik ekstra: Bukan cuma untuk menyimpan barang, lho. Ada fungsi lain yaitu *musik dramatis* TEMPAT SAMPAH PORTABLE.
“Apa? Emang Jepang segitu parahnya sampai gak ada tempat sampah?” Cari tempat sampah di trotoar itu sesulit mencari jodoh yang sempurna. Bandingkan dengan Singapura, di sana lo masih bisa ketemu minimal 1-2 tempat sampah. Sedangkan di Jepang, ketemu satu tempat sampah udah syukur. Jangan salah.. jalanan di Jepang justru bersihnya minta ampun.
“Kok bisa?”
Sebenarnya ini karena udah kebiasaan warga dari dulu. Emang susah banget cari tempat sampah tapi ini emang disengaja biar orang-orang membiasakan diri bertanggungjawab dengan sampah sendiri. Ribet? Oh sangat!
- Ada kursi nganggur di lift? Atau ada kursi di kamar hotel yang rada usang dan tua? Jangan dipakai untuk duduk. Apa? Lo masih ngotot? Ulangi bareng gue: JANGAN CARI MATI DUDUK DI SITU.
“Kenapa sih nggak boleh duduk situ? Ribet amat!”
Siapa suruh datang kalau kerjaan lo protes sana sini =w=
Singkat cerita, kursi tersebut adalah tempat VIP bagi ‘penunggu’ alias makhluk halus. Bukan makhluk halus yang nyeremin minta ampun, melainkan semacam arwah pelindung. Nyokap gue sempat cerita tentang akibat duduk di kursi ‘VIP’. Ceritanya istri teman bokap gue ketemu sebuah kursi usang di hotel, dia kepengen duduk di situ jadi kursi usangnya dibersihkan sebelum dipakai. Walhasil tengah malam dia malah didatangi oleh si ‘pemilik’ kursi. Siapa sih yang nggak dongkol kalau digusur, apalagi dari tempat yang udah menjadi milik lo sejak jaman baheula? Gue kalau jadi ‘penunggu’ kursinya bakal sensi habis-habisan sampai si orang yang tinggal di kamar tersebut ngacir ketakutan untuk check out.
Moral dari cerita? Pepatah “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” selalu berlaku tiap kali lo ke negara/daerah baru, jangan cari gara-gara dengan aturan sana ya!
- Toilet tersalah gaul sedunia
“APA? Toilet ajaib? Ceritanya bisa flush sendiri gitu?”
Ada dua jenis toilet yang lo bakal temukan di Jepang. Pertama, washlet alias toilet yang emang ajaib banget. Biasanya toilet ini ditemukan di daerah kota dan ini yang paling sering dijumpai selama gue di Jepang.
Waduh, apa-apaan ini? Ada tombol aneh di sebelah toiletnya…
Berbahagialah warga Indonesia, nggak perlu ribut lagi cari semprotan untuk membersihkan diri (baca: ceb*k)! Gue jelaskan deh apa saja fungsi dari tombol-tombol di atas:
1. STOP -> singkat cerita, tombol ini untuk matikan air semprotan setelah selesai *ngetik sambil joget ‘Senam yang Iya Iyalah’.
2. SPRAY/BIDET -> tombol ‘bilas’. SPRAY sama BIDET fungsinya nggak beda jauh kok, paling yang membedakan adalah banyaknya air yang digunakan.
3. FLUSHING SOUND + VOLUME -> Tau nggak ini buat apa? Buat background music saat lo ‘menunaikan tugas’. Serius! Oleh karena itu, jangan kaget ya kalau lagi ‘melaksanakan panggilan alam’ tiba-tiba ada suara air mengalir atau suara bertema alam.
Toilet tipe kedua nggak secanggih yang pertama yaitu…. *drum roll*
TOILET JONGKOK
Eits…Cara pakainya beda lho dengan Indonesia! Nggak percaya? Lihat saja gambar ini
Berdoa aja lo pas ‘menabung’ di WC tiba-tiba ada yang nongol dari toilet. Ada dua hantu Jepang yang terkenal gara-gara suka nongkrong di toilet, emang situ satpam?
Salah satu hantu Jepang yang suka menghantui toilet bernama Hanako-san. Ada satu lagi bernama ‘Aka Manto’ (Jubah Merah), doi lebih serem dari si Hanako. Kenapa? Dia bakal datang nawarin lu kertas merah atau kertas biru. Plih merah bakal berujung kematian yang berdarah-darah. Kalau pilih biru? Antara lo dicekek sampai biru atau nggak dihisap darah lo sampai habis. JANGAN JAWAB PAKAI WARNA LAIN! Ntar nggak pulang lo =w= Cara paling ampuh adalah dengan menolak tawaran si Aka Manto.
Udah sekian dulu soal makhluk halus di toilet ya, ntar pada bela-belain bawa pispot dari Indo lagi.